Tuesday, December 28, 2021

Ketika Kehidupan Membuatmu Kehilangan Keseimbangan, Berpeganglah pada Iman

man climbing mountain peak to signify with great power comes great responsibilityIngatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan, (Yesaya 46:9-10)
 

Kapan pun hal-hal buruk yang tiba-tiba menimpa kita (seperti pemutusan hubungan kerja, pasangan yang tidak setia, atau diagnosis dokter yang mengejutkan), kita dapat kehilangan "keseimbangan rohani" kita. Penting pada saat-saat ini untuk menyadari bahwa masalah kita tidak mengejutkan Tuhan! Ketika kabar buruk itu mengenai Surga, Tuhan tidak berkata, “Tidak mungkin, itu tidak mungkin!” Tuhan tidak terkejut. Dia tidak mengalami syok. Dan karena Tuhan tidak terkejut dengan masalah kita, maka ada kabar baik untukmu – itu berarti ada janji yang menunggumu di masa depanmu.

Karena siapa Tuhan itu (Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir), Dia ada di luar waktu. Dia telah melihat masalahmu dan telah merencanakannya. Karena Tuhan tidak terkejut dengan ujianmu, Dia telah mengatur kesaksianmu; Dia telah melihat masa depanmu, dan memberikan jalan keluar dari situasmu saat ini.

Tuhan Menyediakan bagi Kita Ketika Hal-Hal Buruk Terjadi

Alkitab penuh dengan contoh penyediaan Tuhan bagi orang-orang sebelum masalah mereka. Misalnya, Tuhan sudah mengatur agar Yusuf ditempatkan dalam kekuasaan di istana Mesir, sebelum saudara-saudaranya melemparkannya ke dalam lubang, sebelum Potifar melemparkannya ke penjara, dan sebelum keluarganya membutuhkan pengaruh politiknya untuk bertahan hidup selama tujuh tahun. kelaparan.

Tuhan mengatur burung gagak untuk memberi makan daging Elia di pagi dan sore hari bahkan sebelum dia bersembunyi di padang gurun. Tuhan memasukkan koin ke dalam mulut ikan untuk membayar pajak Bait Suci, bahkan sebelum Petrus dan Yesus memiliki kewajiban pajak. Dan sebelum ular menipu Adam dan Hawa ke dalam dosa dan pemisahan dari Pencipta mereka, Allah menyediakan rencana penebusan bagi umat manusia melalui Anak Domba yang disembelih sejak dunia dijadikan (Wahyu 13:8). Satu-satunya hal yang harus benar-benar menjadi perhatian kita adalah bagaimana kita bisa sampai ke tempat di mana Tuhan telah menyediakan pembebasan kita?

Ada pepatah populer yang berbunyi seperti ini: hanya ada dua hal yang mutlak dalam hidup, kematian dan pajak. Tapi saya percaya ada yang ketiga, yakni: terjepit di antara Engkau dan janji Tuhan untuk membebaskanmu dari masalahmu, adalah ujian iman. Seperti yang dikatakan Yakobus 1:2 “anggaplah sebagai suatu kebahagiaan ketika kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan.” Yesus juga mengatakannya dengan jelas dalam Yohanes 16:33, ”di dunia ini kamu akan mengalami kesusahan.” Karena kita tidak dapat mengatasi ujian iman ini, kita perlu mempersiapkannya.

Dengan mempelajari kehidupan Abraham dan Sarah, kita dapat mempelajari tiga strategi penting yang akan membantu membimbing kita untuk mengalami janji-janji Tuhan, terutama ketika kita telah kehilangan keseimbangan oleh suatu pencobaan yang menguji iman kita.
 

1. Kembangkan Jenis Iman “Siap Ujian”

Kebanyakan orang Kristen mengetahui kisah Abraham, bagaimana Tuhan memanggil Abram dari ketidakjelasan di tanah Ur dan membawanya ke Tanah Perjanjian. Bagaimana manusia biasa ini, dengan iman dan kesabaran, menjadi Abraham – Bapa dari Iman kita – dan menerima janji bahwa melalui keturunan supernaturalnya, Ishak, Allah akan menebus umat manusia dengan Mesias yang akan datang.

Dalam Kejadian 12, Abraham menerima panggilan Tuhan dalam hidupnya dan meninggalkan segalanya untuk mengejar janji Tuhan. Tetapi setelah 15 tahun tanpa anak, Abraham mulai mempertanyakan panggilannya, dan membuat serangkaian keputusan yang buruk. Meski begitu, di usia yang sangat tua, Abraham dan istrinya Sarah menerima putra mereka yang dijanjikan dan ajaib.
 

Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Roma 4:19-21.

Tidak tahu dengan Anda, tetapi ketika saya membaca gambaran tentang iman Abraham itu, tampaknya cukup sempurna bagi saya. Tapi kemudian saya menyadari itu bukan cerita lengkap di balik iman Abraham. Bukan di mana Abraham memulai dalam iman, itu di mana dia berakhir. Dan di sepanjang jalan, dia sama sekali tidak bebas dari kegagalan.

- Dia berbohong tentang Sarah menjadi saudara perempuannya untuk menyelamatkan hidupnya sendiri, dan Tuhan harus menyelamatkannya dari pelacuran Firaun.

- Dia diperkaya secara finansial dari penipuan ini, ketika Firaun membayarnya untuk meninggalkan negara itu (Kejadian 12:11-20).

- Dia melakukannya lagi untuk Raja Abimelekh, dan sekali lagi diperkaya secara finansial (Kejadian Bab 20).

- Awalnya, dia menertawakan janji Tuhan (Kejadian 17:17); dia kemudian tidur dengan pembantu Sarah dan menjadi ayah Ismail, yang akhirnya ditolak oleh Tuhan dan diusir dari rumah ayahnya (Kejadian 21:9-12).

Jika Anda ingin memiliki "keyakinan yang siap diuji", bukan berarti Anda tidak akan pernah membuat kesalahan. Yang benar-benar penting adalah Anda belajar dari kesalahan dan tumbuh. Anda harus bisa mengatakan lain kali itu akan berbeda. Lain kali saya akan melakukannya dengan cara Tuhan. Lain kali, saya benar-benar akan melakukannya dengan benar! Anda tidak harus bebas dari kegagalan, tetapi ketika Anda belajar dari kesalahan Anda, Anda akan siap untuk pencobaan berikutnya dan mengembangkan iman siap-uji Anda.

2. Percaya pada Tuhan Saat Segalanya Tidak Masuk Akal

Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu." Kej 22:2-5.

Pada titik ini dalam perjalanan iman Abraham, dia telah menerima anak supernaturalnya yang dijanjikan – yang melaluinya semua bangsa di bumi akan diberkati, yang melaluinya Mesias akan datang. Dan kemudian Tuhan berkata kepadanya: Pergilah, dan persembahkan dia kepadaku sebagai korban. Dan meskipun itu tidak masuk akal, Abraham membawa anak itu ke puncak Gunung Moria, dan beralasan bahwa Tuhan dapat membangkitkan anak itu dari kematian.

Pernahkah Tuhan meminta Anda melakukan sesuatu yang tidak masuk akal?

- Memberkati mereka yang mengutukmu

- Berbuat baiklah kepada seseorang yang telah memanfaatkanmu dengan dengki

- Balikkan pipi yang lain ketika seseorang menyakitimu

- Berikan kepada mereka yang mencuri dari Anda

- Pergi ke sini ... ketika hal yang logis adalah pergi ke sana

- Katakan ini... ketika hal yang logis adalah mengatakan itu

- Tidak melakukan apa-apa ... ketika hal yang logis adalah melakukan sesuatu

Agar kita dapat berjalan dalam iman dari tempat kita berada sekarang, kepada janji yang menanti kita di masa depan, kita harus rela mempercayai Tuhan meskipun itu tidak masuk akal. Artinya, percayalah bahwa Tuhan selalu mengutamakan kepentingan kita. Bukan tugas kita untuk mengetahui bagaimana Tuhan akan menyelesaikan sesuatu; adalah tugas kita untuk hanya percaya bahwa Dia akan melakukannya!

3. Belajarlah Taat, meskipun Dalam Masa yang Sulit

“Maka Abraham mengambil kayu korban bakaran itu dan meletakkannya di atas Ishak, anaknya; dan dia mengambil api di tangannya, dan sebilah pisau, dan mereka berdua pergi bersama. Tetapi Ishak berbicara kepada Abraham ayahnya dan berkata, 'Ayahku!' Dan dia berkata, 'Ini aku, anakku.' Lalu dia berkata, 'Lihat, api dan kayu, tetapi di mana domba untuk korban bakaran ' Dan Abraham berkata, 'Anakku, Allah akan menyediakan bagi diri-Nya anak domba untuk kurban bakaran.' Maka pergilah keduanya bersama-sama. Kemudian mereka sampai di tempat yang telah diberitahukan Allah kepadanya. Dan Abraham membangun sebuah mezbah di sana dan menata kayunya; dan dia mengikat Ishak putranya dan membaringkannya di atas mezbah, di atas kayu. Dan Abraham mengulurkan tangannya dan mengambil pisau untuk menyembelih anaknya” (Kejadian 22:6-10).

Jika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa memegang janji Allah itu mudah, mereka berbohong. Terkadang ketaatan yang dituntut sangat sulit. Tidak selalu mudah untuk mendahulukan Tuhan, menyalibkan daging Anda, memikul salib Anda dan mengikuti Dia. Itu tidak mudah, tetapi seringkali merupakan bagian penting dari proses untuk mengembangkan iman untuk menerima janji.

- Abraham, korbankan anakmu Ishak

- Wanita janda, berikan sedikit minyak dan tepung terakhirmu

- Nuh, bangun bahtera yang sangat besar

- Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jangan menyembah, masuklah ke dalam tungku

- Daniel, terus berdoa, dilemparkan ke dalam gua singa

- Daud, pergilah melawan raksasa Goliat itu

Namun, tindakan ketaatan yang besar sering kali merupakan dorongan terakhir yang mendorong kita keluar dari masalah kita dan memenuhi janji kita!

"Tetapi Malaikat Tuhan memanggilnya dari surga dan berkata, 'Abraham, Abraham!' Jadi dia berkata, 'Ini aku.' Dan Dia berkata, 'Jangan letakkan tanganmu di atas anak itu, atau lakukan apa pun padanya; karena sekarang aku tahu bahwa kamu takut akan Tuhan, karena kamu tidak menahan anakmu, anakmu satu-satunya, dari pada-Ku'” (Kejadian 22:11-12).

Pada akhirnya, kita semua sedang dalam perjalanan menuju Tuhan sebagai prioritas pertama kita. Dan itu adalah persiapan untuk terobosan! Ketika Tuhan adalah nomor satu, ketika Kristus menjadi pusat hidup kita, tidak ada janji dari-Nya yang tidak akan kita masuki.

“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33).

“Lalu Abraham mengangkat matanya dan melihat, dan di belakangnya ada seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut di semak-semak. Maka pergilah Abraham mengambil domba jantan itu dan mempersembahkannya sebagai korban bakaran sebagai ganti anaknya” (Kejadian 22:13).

Bukan kebetulan bahwa domba jantan itu ada di sana, tersangkut di semak-semak dekat tempat pengorbanan. Itu adalah bagian dari rencana Tuhan bahkan sebelum masalah itu ada. Itu adalah ketentuan mukjizat Tuhan bahkan sebelum Abraham tahu ada gunung bernama Moria yang harus dia daki di masa depannya.

Tuhan, Alfa dan Omega, telah pergi ke sana dan menempatkan potongan-potongan itu pada tempatnya untuk Abraham. Dia membersihkan tempat untuk mezbah, menumbuhkan semak berduri, dan menyediakan domba jantan itu pada waktu yang tepat untuk kebutuhan Abraham. Jadi Abraham menyebut nama tempat itu sebagai Jehova Jireh (Kejadian 22:14), yang berarti bukan hanya Tuhan yang menyediakan, tetapi lebih tepatnya, Tuhan yang melihat terlebih dahulu dan menyediakan!

Tuhan tidak pernah terkejut dengan masalah kita. Tuhan yang sama yang menyediakan seekor domba jantan untuk Abraham sebelum dia menginjak Gunung Moria telah melihat kebutuhan kita dan telah menyediakan bagi kita juga!






Frank Santora








Pilih Kasih

Elakkan Pilih Kasih - Positive ParentingTetapi lain ceritanya jika si ibu mengasihi anak kandungnya lebih dari anak tetangga. Apa itu juga pilih kasih? Tidak, bukan? Mengapa dia harus lebih mengasihi anak tetangga daripada anaknya sendiri? Atau si ibu harus sama mengasihi anak sendiri dan anak tetangga? Tidak. Tentu sang ibu pasti akan mengasihi anaknya sendiri.


Pilih kasih merupakan suatu ungkapan, mengasihi yang satu dan tidak mengasihi yang lainnya. Ungkapan ke-tidak adilan. Misal, seorang ibu mempunayi dua orang anak A dan B. Si ibu mengasihi, memperhatikan, memuji anak A lebih dari anak B. Maka si ibu dapat dikatakan pilih kasih. Si ibu lebih mengasihi anak A daripada anak B.

Maka tidak salah jika Allah mengasihi anakNya sendiri. Anak tetangga bukan urusannya. Begitu kira-kira kasarnya. Maka kalau Allah menyelamatkan anakNya sendiri ya gak salah. Lah wong anaknya sendiri koq. Banyak orang mengatakan Allah kagak adil dalam hal menyelamatkan manusia. Gak salah kan kalau Allah hanya mau menyelamatkan anakNya sendiri.

Pikiran Keadilan versi manusia “Sama Rata” sama bata atau sama apa aza, kayaknya asbun dech. Asal bunyi. Hanya karena keegoisan diri manusia yang bisanya mau protes ini itu, dan pada akhirnya yah itu lagi manusia kagak pernah puas diri. Tau gak kenapa manusia gak puas diri? Ya karena dosa. Dosa yang diperbuatnya sendiri lalu menyalahkan Tuhan :)

Manusia berpikir pilih kasih, alias Tuhan tidak adil, pasti ujung-ujungnya karena….. masalah hidup, masalah keuangan (kaya miskin), ada masalah penyakit, dan adanya kejahatan. Susahnya, manusia hanya mau melihat keadilan Tuhan dari kacamatanya sendiri. Keadilan Tuhan versi manusia, gitu kira-kira. Makanya kalau dijelaskan bagaimana pun kagak bisa konek.

Jadi kalo ada orang ngomong Tuhan itu tidak adil. Itu sih menurut elo. Kita manusia pengennya adil versi manusia. Pindah aja atawa hidup di Korea Utara yang serba “adil” yang serba sama rata misalnya, maka baru tau betapa gak enaknya hidup sama rata (tetapi tetap aza ada orang yang merasa itu juga kagak adil). Tuhan beri kebebasan sesuai dengan hukum ‘tabur tuai’. Elo banyak menabur ya bakal banyak menuai. Elo banyak berusaha bekerja, ya bakal banyak menuai hasil. Sebaliknya, elo menabur kejahatan, tentu bakal menuai masalah. Siapa bilan Tuhan kagak adil? Tuhan pilih kasih.

Kalo Tuhan pilih kasih dalam Keselamatan (biasanya kagak ada orang yang membahas Tuhan pilih kasih dalam keselamatan.) Manusia cuek. Who cares? Kalo sampai ada orang non-percaya yang bertanya mengapa Tuhan pilih kasih dalam keselamatan. Itu mah hanya salah satu alasan dia untuk melampiaskan ketidak puasannya terhadap hidup ini. Seseorang bisa mengerti akan keadilan Tuhan hanya karena Kasih karuniaNya saja. Karena hati manusia hitam pekat tertutup oleh dosa, mati, terpisah dari Allah maka tidak akan bisa mengerti bahwa Allah itu Kasih, Allah itu Adil.

Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Mat 19:21

Bersama Tuhan Segala Sesuatu Mungkin

Beberapa saat yang lalu gw mendengar dari sebuah radio Kristen, sang penyiarnya beberapa kali mengatakan “Segala sesuatu mungkin” all things are possible. Tentu sang penyiar mau mengatakan jangan berputus harapan meski kita sudah di akhir tahun, segala sesuatu mungkin. Gw tahu kalau pernyataan itu biasanya diambil dari ayat Alkitab yang terkenal di Matius 19:26 “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.” Bahkan pernyataan itu dijadikan lebih terkenal lagi bagi orang-orang pemikir positif (positive thingking). Disunat menjadi Segala Seuatu Mungkin.

Dengan segala upaya manusia, dengan keuletan, ketekunan, kerja keras, pantang menyerah, mencoba terus…. Segala Seuatu Mungkin. Tentu saja penganut positif thingking biasanya tidak percaya akan Tuhan, tetapi lebih percaya kepada kemampuan manusia. Dan payahnya banyak gereja atau orang Kristen yang juga percaya akan paham ini.

Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN? Kej 18:14 “Bagi Allah segala sesuatu mungkin” menyatakan keadulatan mutlak dan kuasa Tuhan yang tak terbantahkan. Celakanya lagi banyak orang Kristen yang membajak paham ini menjadi mantra “Bersama Tuhan aku bisa melakukan segala sesuatu” Bersama Tuhan aku bisa! Bersama Tuhan aku bisa sukses, berhasil sesuai kehendakku.Sebuah pengartian yang salah besar! Hanya karena egois kita saja kita pengen Tuhan mengabulkan impian kita. Maka kita membawa-bawa nama Tuhan.

Lalu apa seh arti ayat itu sebenarnya? Ayat 26 itu adalah sambungan jawaban Tuhan Yesus dari pertanyaan orang muda kaya itu lho. Ayat 16, Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Orang yang bertanya itu masih mempunyai paham bahwa manusia bisa masuk sorga dengan menjalankan perbuatan baik. Bukankah masih banyak orang demikian dengan berbuat baik kita akan mendapat pahala dan masuk sorga. Maka manusia berlomba-lomba untuk berbuat baik, tetapi tidak ada satu pun yang bisa berbuat baik dengan sempurna. Manusia berbuat baik kalau ada maunya. Kalau sikon nya baik-baik aja. Kalau kepepet masalah. Kalau mau menyogok Tuhan. Semua itu kagak ada hasilnya. Nyatanya masih ada aja kan manusia yang berbuat jahat. Manusia yang berpikir jahat. Maka manusia gagal. (manusia kagak bisa berbuat baik dengan sempurna, tetapi manusia kagak mau mengakui).

Maka Tuhan Yesus menjawab dengan perumpamaan, “Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Tentu hal ini bukan hanya orang kaya aza, tetapi semua orang! Karena Tuhan Yesus hanya ingin menjelaskan bahwa manusia kagak bisa selamat dengan perbuatan baik. Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan? Tanya murid-muridNya. Hanya karena kasih karunia anugerah pemberian Iman dari Tuhan kepada manusia yang dipilihNya, maka manusia bisa selamat, memperoleh hidup yang kekal.

Tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin. Karena Dia adalah Allah pencipta dan penguasa maka Dia pemberi keselamatan itu. Manusia berdosa udah kagak mungkin menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi Allah ‘bisa’ memberi keselamatan sesuai kehendakNya (bukan sesuai kehendak kita). Itu maksud dari bagi Allah segala sesuatu mungkin.

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,” Ef2:8.

Thursday, March 13, 2014

Kecewa Kepada Tuhan

Tentu tulisan seperti ini udah usang dan kurang menarik. Tetapi perasaan tulisan seperti ini yang sering dialami oleh manusia. Terutama bagi orang yang menamakan dirinya Kristen. Murid Yesus. Lah koq kecewa sama Yesus? Begitu kira-kira pertanyaan bumerang-nya.

Sebagai manusia berdosa gak usah kuatir kalau perasaan itu muncul dalam hati pikiran kita, meski mungkin gak pernah kita utakan didepan khalayak ramai. Suatu saat kita down karena apa yang kita harapkan gak terjadi, gak terwujud. Apalagi kita udah doa minta-minta sama Tuhan. Eh apa yang terjadi? Nothing.

Seorang pemuda, hendak menjemput pacarnya untuk menghadiri sebuah kebaktian kebangunan rohani. Sewaktu hendak menyalakan mobilnya, mobil tersebut mogok. Pemuda itu sudah berdoa kepada Tuhan supaya tidak terjadi hal demikian. Tetapi itu yang dia alami. Dia harus menunggu mobil derek datang satu jam kemudian dalam cuaca yang dingin dan hujan. Pacarnya pun sudah bosan menunggu.

Mengapa hal itu diijinkan oleh Tuhan? Sang pemuda pun kecewa kepada Tuhan.Niatnya kan baek. Harapannya membawa pacarnya menghadiri kebaktian kebangunan rohani. Mengapa hal itu berantakan?

Di tahun 2014 ini kita belajar sebuah buku yang diambil dari katekisasi pendek Westminster. Dimana awal buku menuliskan bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk memuliakan Dia.Semua yang diciptakan oleh Allah, semua yang disediakan untuk manusia, hanya untuk memuliakan Allah. Hanya dikembalikan untuk Allah. Manusia mengerjakannya untuk memuliakan Allah.

Jika seorang Kristen dapat mengerti mengapa dia ada di bumi ini, dia juga mengerti segala sesuatu dalam hidupnya hanya untuk Tuhan. Baik buruk yang dialaminya, hanya untuk kemuliaan Tuhan. Suatu prinsip yang harus dipegang adalah baik buruk yang kita alami, Tuhan tidak pernah bersalah!

Ini bedanya jika kita hanya melihat dari kacamata diri sendiri. Tentu semua berkat dan kemuliaan hanya untuk diri kita sendiri.Tetapi jika kita dapat meng-amin-i bahwa Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Rm11:36) maka kita akan selalu memandang segala sesuatu dari kacamataNya.

Mungkin sesaat kita akan kecewa, marah, sakit hati, secara manusiawi karena daging. Tetapi kita segera juga akan meminta ampun kepada Tuhan bahwa kita tidak layak untuk kecewa marah kepadaNya. namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Gal.2:20

Oh ya, semua ini kedengarnnya mudah. Tetapi ketika kita menghadapi dalam hidup ini, ajubilah, itu seakan sebuah peperangan. Seperti rasul Paulus tuliskan bahwa Kristus hidup di dalam aku. Puji Tuhan, kalau Kristus adalah Allah mau hidup didalam kita. Sehingga kita dapat hidup oleh iman kepadaNya.

Oleh Roh Kudus yang senantiasa membimbing memimpin hidup kita, berdoa untuk kekuatan kesabaran dalam menghadapi masalah yang kita hadapi. Bukan meminta untuk meniadakan masalah. Sampai saat ini gw lagi membaca kitab Ayub sebagai bacaan Alitab. Kita tahu apa yang terjadi dalam hidup Ayub. Yang tadinya hidup Ayub aman tentram kaya dan sejahtera. Oleh ijin Tuhan hidup Ayub dijungkir balikkan. Hingga, mungkin kalau kita dapat katakan, titik yang terendah.

Yang gak ada apa yang mau dibanggakan. Semuanya hilang yang ada mungkin hanya sebatang tubuh saja. Seperti emas yang dibakar oleh api akan menjadi murni. Ayub hanya tergantung pada Tuhan. Meski dia kecewa tetapi dia kembali sadar bahwa hanya Tuhan saja yang berhak atas hidupnya.

Membaca kisah Ayub yang luar biasa. Beranikah kita berkata bahwa jadikan diri ini seperti Ayub, bahwa hidupku hanya begantung kepada Tuhan.

Friday, January 3, 2014

Berjalan 2014 Bersama Sang Gembala

Enggak sedikit orang yang takut kuatir ketika tahun 2013 berakhir dan akan memasuki tahun 2014. Enggak tau apa yang bakal terjadi tahun 2014. Lebih baek? Lebih buruk? Maka kuatir pun berjangkit dalam hati. Semua orang kuatir. Semua orang takut. Dan ternyata ketakutan kekuatiran itu normal. Dari orang kaya sampe yang miskin (apalagi) ada kuatir. Dari yang kecil sampe yang tua (apalagi) ada ketakutan.

Ternyata kalo dipikir lebih panjang ketakutan kekuatiran itu baek adanya. Bayangin kalo manusia itu kagak punya kekuatiran atau ketakutan, maka kacau dah dunia ini. Semua hukum bakal dilanggar. Siapa takut? Hukum rimba berlaku lebih lagi diantara manusia. Siapa peduli? Gak ada rasa hormat yang muda kepada yang tua, atau anak kepada ortu. Mungkin juga kagak ada rasa cinta kasih terhadap sesama.

Kira-kira begitu kali yang bakal terjadi. Gak ada takut, gak ada kuatir. Rasa takut akibat dari perbuatan dosa manusia mugnkin ada blessing in disguise yang menjadikan manusia itu enggak semena-mena. Meski jaman sekarang pun banyak manusia jahat yang melawan hati nurarni-nya. Yang melawan rasa takutnya dengan semakin mengeraskan hatinya.

Ketika kedatangan Kristus yang pertama kali ke dunia, manusia pun diliputi rasa takut.
“Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elizabeth istrimu akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu…” Luk. 1:13
“Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah…” Luk. 1:30
“Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar…” Luk. 2:10

Salah tiga contoh di Alkitab menggunakan nasihat jangan takut. Mengapa ada perasaan takut muncul? Ketidak tahuan akan masa depan. Tidak melihat adanya pengharapan. Ketidak percayaan. Tetapi secara hurufiah orang-orang yang ditulis dalam Alkitab pada kejadian itu mempunyai rasa takut, Entah bisa jadi rasa takut melihat cahaya terang benderang kedatangan malaikat. Atau mendengar beritanya. Atau pun melihat wajah malaikatnya.

Memasuki tahun 2014 tidak sedikit orang  ketakutan akan masa depan apa yang bakal terjadi pada tahun 2014. Bisnis masih jalan? Pekerjaan masih dipunyai? Keuangan. Keluarga. Dan masih banyak kekuatiran hidup yang laen. Mengingat tokoh-tokoh Alkitab rasanya sepertinya perjalanan hidup mereka aman-aman saja,

Abraham, dikenal sebagai Bapa orang beriman. Ketika Tuhan berkata kepadanya, "Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu  dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri  yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa   yang besar, dan memberkati engkau  serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk  orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu  semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun  ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur  tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran." Kej12:1-4

Gw pikir secara manusia Abram juga pasti ada pergumulan. Gak bisa kan seenaknya oke Tuhan berbicara begitu gw ikutin. Secara manusia dia bakal bertanya-tanya. Kemana Tuhan? Jawabnya "Gak Tahu" Nah lu kalo kita mau pergi biasanya tahu dulu kan, mau kemana. Tapi ini enggak. Gw yakin Abram itu percaya ama janji Tuhan. Kalo kita tahu seseorang yang kita kenal baek lalu orang itu menawarkan pekerjaan yang baik yang bakal lebih baik daripada yang sekarang. Kira-kira kita mau enggak ya? Pekerjaannya apa dulu? Perusahaannya bonafide engga? Tapi orang itu hanya bilang percaya gw dech pokoknya gw jamin elu pasti sukses.

Demikian dengan dengan kita ketika menjalani tahun 2014, mungkin kita masih belom tau bakal apa yang akan terjadi tetapi Tuhan sudah berjanji. "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? 

Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?  


Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?  Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu." Mat6:25-27, 31,32

Apakah kita bakal gak percaya sama Allahnya Abraham, Allahnya Musa, Allahnya Yakub yang telah terbukti menepati janji-janjiNya kepada umatNy? Demikian pula Dia akan menepati janji-janjiNya kepada kita. Sebaliknyalah hidup kita arahkan kepada Tuhan. Pandang wajahNya. Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya. Itu tugas kita.

Menarik sekali kalau di Alkitab ada 365 kali perkataan "Jangan Takut." (Menurut catatan Strong’s Concordance) bisa diartikan 1 tahun = 365 hari, maka setiap hari Alkitab mengingatkan kita untuk jangan takut.

Monday, November 7, 2011

Prestasi Proses Pertumbuhan Iman Kristen

Ringkasan Kotbah, 7.3.2005
Bacaan: Efesus 1: 15-23

Di dalam Ef 1:3-14, Paulus membukakan visi, arah, inti, hakekat dan kondisi orang Kristen. Sedangkan di dalam Ef 1:15-23 sampai pasal 6, Paulus membicarakan bagaimana proses itu bisa dijalankan dan bagaimana kehidupan ini bisa digarap. Seringkali kita berada di dalam kesenjangan. Disatu sisi Alkitab mengajarkan konsep yang begitu indah dan ideal. Namun dilain sisi realita kehidupan tidak sama dengan yang digambarkan dalam Alkitab.

Tidak heran, dalam kondisi seperti ini banyak orang Kristen yang berada dalam dualisme. Mereka mengatakan, "Teorinya bagus tapi sayang tidak bisa dijalankan. Tidak ada orang yang bisa melakukannya." Disatu sisi kita memikirkan yang ideal namun tidak mendarat dibumi. Disisi lain kita mendarat dibumi tetapi membuang yang ideal. Ditengah-tengah kedua tegangan ini, Paulus mengajarkan bahwa kedua elemen tersebut tidak bisa dilepaskan dari hidup manusia. Disatu pihak, ideal merupakan konsep dasar yang harus menjadi arah bagi hidup manusia, sedangkan dilain pihak realita merupakan keberadaan dasar di mana kita harus berproses sehingga kedua bagian ini tidak bisa dipisahkan. Hanya, bagaimana kita mengharmoniskan kedua hal di atas.

Dalam Ef 1:3-23, kita melihat Paulus adalah orang realistis-idealis. Paulus tahu persis realita itu seperti apa. Paulus realistis karena dia sendiri sadar bahwa dia sendiri tidak sempurna. Di dalam tulisan-tulisannya kita melihat seringkali Paulus mengecam dirinya sendiri sebagai orang yang hina. Di sini kita melihat Paulus realistis di dalam melihat dirinya. Namun Paulus tidak berhenti hanya di dalam kondisi realistis ini melainkan dia juga melihat satu konsep ideal (ini sudah dibahas dalam Ef 1:3-14).

Diantara konsep realistis-idealis ini ada satu jembatan indah yaitu konsep pertumbuhan. Dalam Ef 1:15-23 ini, Paulus membicarakan konsep realistis. Paulus mengatakan, "Ketika aku mendengar tentang kamu, mendengar tentang imanmu dalam Tuhan dan tentang kasihmu kepada semua orang kudus, aku mengucap syukur karena kamu." Keadaanmu, situasimu, kondisimu, ini real. Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang konkrit. Kehidupan yang terus berjalan di tengah dunia yang nyata, di depan semua orang dan disaksikan oleh siapapun. Pada waktu Paulus masuk ke dalam kondisi realita dia mulai melihat suatu keindahan pertumbuhan iman Kristen.

Di dalam bagian ini kita akan melihat dan merenungkan satu konsep pertumbuhan. Mengapa pertumbuhan ini kita sebut sebagai prestasi kehidupan? Di sini kita melihat beberapa hal. Pertama, Paulus sangat menghargai pertumbuhan. Ketika Paulus mendengar kabar tentang iman jemaat Efesus yang bertumbuh baik dalam iman dan kasih. Paulus bersyukur dan memuji Tuhan. Di dalam bagian ini saya melihat pertumbuhan orang Kristen sebagai suatu prestasi, artinya suatu pertumbuhan perlu dihargai, diperhatikan, dilihat dan dinilai oleh setiap orang di dalam kehidupan kita secara ideal. Pertumbuhan orang Kristen adalah pertumbuhan yang berkaitan dengan orang lain. Itu sebabnya Paulus bisa mengerti keadaan jemaat Efesus karena ada yang melaporkan karena orang itu mendengar, melihat, menyaksikan dan memberikan laporan.

Sayangnya banyak orang Kristen yang tidak menghargai pertumbuhan. Hal ini disebabkan: (1) Pada waktu menjadi orang Kristen dia langsung mau menjadi sempurna. Akibatnya orang seperti ini selalu menuntut orang lain sempurna. Celakanya kalau hal ini juga ditujukan kepada dirinya; (2) Kekristenan hanya satu predikat yang ditempelkan yaitu saya orang Kristen. Orang seperti ini hidup tidak menuntut perubahan. Jadi dulu begitu sekarangpun begitu. Kedua golongan ini tidak pernah menghargai pertumbuhan.

Paulus adalah orang yang sangat menghargai pertumbuhan rohani. Oleh sebab itu Paulus sangat menghargai realita. Namun kondisi realita yang dimengerti Paulus bukan kondisi yang berhenti statis. Bagi Paulus realistis tidak berarti statis melainkan suatu proses yang bertumbuh terus. Ketika seorang Kristen tidak bertumbuh berarti dia sedang menuju kepada kematian. Pdt. Stephen Tong mengatakan, "Selama kita hidup kita masih mempunyai kemungkinan untuk berubah." Hanya benda mati yang tidak berubah dan bertumbuh. Pertumbuhan adalah tanda dari hidup.

Kedua, Paulus bukan hanya memuji jemaat Efesus. Paulus juga menyadarkan mereka dengan satu permohonan yang tulus, "dan aku senantiasa mengingat kamu dalam doaku. Dan meminta kepada Bapa yang mulia itu supaya memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu." Bentuk kalimat yang dipakai di sini menggambarkan satu permohonan yang serius dengan sungguh-sungguh meminta agar Tuhan memberikan kepada mereka Roh hikmat dan wahyu supaya mereka bisa bertumbuh.

Pertumbuhan bukanlah hal yang sederhana. Pertumbuhan membutuhkan satu pergumulan dan pertolongan dari Tuhan. Pertumbuhan membutuhkan hikmat, kuasa dan wahyu dari Tuhan Allah. Seorang yang bertumbuh tidak bisa diam saja. Tuhan menuntut kita untuk kembali kepada firman, kembali kepada wahyu dan bijaksana Tuhan. Untuk ini dibutuhkan dua kunci besar yaitu pertama bijaksana dan kedua mengerti kebenaran. Kedua wahyu dari Tuhan ini merupakan patokan kebenaran dari arah pertumbuhan rohani kita.

Hanya melalui kedua hal ini kita baru bisa bertumbuh dengan baik. Proses pertumbuhan tidak terjadi begitu saja. Dalam pertumbuhan dibutuhkan hikmat Tuhan. Alkitab mengatakan menjadi orang Kristen bukan orang yang mimpi. Menjadi orang Kristen adalah menjadi orang Kristen sebagaimana dikatakan oleh Roma 12:1-2, diperbaharui akal-budinya. Konsep mind (pikirannya) harus diperbaharui, dibentuk, diajar, kembali kepada Tuhan, dan meminta kepada Tuhan Roh bijaksana. Sama seperti Salomo minta bijaksana kepada Tuhan. Tuhan sangat menghargai permintaan ini.

Bijaksana tidak bisa dilepaskan dari standar yang menjadi arah dan pegangan dari pada bijaksana. Standar bijaksana ini bukan dunia tetapi wahyu dari Tuhan Allah. Inilah fungsi dan tugas Alkitab yang diberikan kepada kita supaya kita mempunyai bijaksana. Wahyu dan bijaksana tidak bisa dipisahkan. Memiliki bijak tetapi tidak memiliki wahyu tidak bisa berfungsi sama sekali. Demikian juga memiliki wahyu tapi tidak mempunyai bijak tidak bisa apa-apa. Alkitab dengan hikmat dari Roh Kudus diberikan oleh Roh yang sama. Roh Kudus menggunakan dua cara secara berpadu supaya orang Kristen bisa bertumbuh dengan baik di dalam iman. Itu sebabnya Paulus berdoa agar Tuhan memberikan kepada jemaat Efesus Roh hikmat dan wahyu (Ef 1:17), kalau tidak ada kedua unsur ini kerohanian kita pasti menurun (Bnd Why 2).

Ketiga, Paulus juga tahu dibutuhkannya kuasa untuk bisa bertahan di dalam pertumbuhan hidup. Untuk kita bisa bertumbuh dengan baik dibutuhkan kuasa yang besar yaitu kuasa yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati. Kuasa ini harus ada dalam hidup kita untuk bisa bertumbuh. Kuasa yang diberikan di sini bukan hanya sekedar main kuasa. Kuasa yang diberikan di sini, di dalam Injil Yohanes diperjelas supaya kita bisa menjadi anak-anak Allah (Yoh 1:12). Supaya kita bisa menyatakan kepada dunia suatu kehidupan yang mencerminkan sifat Allah. Kuasa yang tidak membuat kita jatuh dalam dosa. Kuasa yang bisa mempertahankan kita hidup dalam kebenaran dan yang membuat kita bisa bertahan di dalam aniaya apapun dengan tidak meniadakan iman kita.

Sebagai manusia kita lemah dan tidak memiliki kekuatan kecuali Kristus hidup di dalam kita dan kita hidup di dalam Kristus. Waktu kita berada di dalam Tuhan kuasa itu justru membuat kita hidup beres dan menjadikan kita bertumbuh terus semakin hari semakin suci. Hidup semakin hari semakin ketat dalam integritas hidup. Hidup semakin hari semakin sanggup melihat lubang-lubang dan tipuan-tipuan dalam masyarakat yang makin merusak kita. Waktu itulah pertumbuhan iman kita bisa lebih maju. Pengharapan kita bisa lebih kokoh.

Melalui tiga konsep di atas, Tuhan menuntut kita untuk seperti Paulus belajar menjadi realistis-idealis, menjadi orang yang mengerti realita, tetapi seorang yang mengarah secara ideal. Kiranya Tuhan memimpin kita ditengah realita hidup yang sulit ini sehingga kita boleh menjadi benih yang baik dan mengalami proses pertumbuhan yang baik. Dengan demikian kita dapat mengumandangkan berita yang harum. Amin!

Monday, August 22, 2011

Langkah Langkah Penginjilan

I Korintus 9: 19-23
Anda tentu bertanya, bagaimana memulai suatu upaya untuk memberitakan Injil secara pribadi kepada seseorang? Langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk memulai percakapan Injil yang efektif? Artikel ini menyediakan langkah yang terbukti ampuh dapat membawa orang kepada Kristus.

Langkah ini bertujuan untuk mencari peluang bagi penyampaian berita Injil. Langkah ini disebut Pra-Penginjilan. Tidak dapat dipungkiri bahwa berhasilnya tugas penginjilan itu dikarenakan ada usaha membangun percakapan penghubung atau pra-penginjilan, demikian juga sebaliknya, penginjilan bisa gagal karena kita tidak berhasil membangun usaha percakapan pra-penginjilan.

Tujuan dari Pra-penginjilan adalah untuk membebaskan lahan pikiran dan hati seseorang dengan memunculkan ketidakpastian dalam kepercayaan dan menumbuhkan hasrat untuk mendengarkan lebih banyak tentang Yesus Kristus. Dan penting untuk kita ingat adalah: metode atau strategi sama sekali tidak menghalangi Kuasa Roh Kudus bekerja baik dalam diri kita maupun dalam kebenaran Injil yang kita sampaikan.

Dalam usaha membangun percakapan pra-penginjilan menuju kepada salib, ada beberapa hal penting yang perlu dicermati dan dipahami dengan baik, antara lain:

1 . Kehadiran di tengah masyarakat
Orang Kristen yang mengasihi TUHAN dan berhasrat untuk menginjil harus mengawali pelayanannya dengan memperhatikan tanggung jawabnya untuk hadir di tengah masyarakat. Orang Kristen harus dengan sengaja hadir sebagai garam dan terang, dengan kehidupan moral, serta sosial yang baik sehingga ia dapat diterima. Hal-hal yang harus kita buat ketika kita melakukan kontak sosial ialah:
  • Hiduplah sebagai orang Kristen yang “saleh”, sehingga ia diterima baik oleh orang disekitarnya. Hal ini harus dilakukan dengan penuh kesadaran dimanapun kita berada.
  • Setiap orang Kristen yang telah mengupayakan langkah di atas, harus memastikan bahwa ia telah “membangun hubungan baik” dengan setiap orang (social approach), sehingga ia diterima (social acception) dan diakui (social acknowledgement) sebagai warga masyarakat.
  • Setelah orang Kristen memastikan bahwa ia telah diterima dan diakui, maka ia harus senantiasa mencari jalan yang mengarah kepada upaya memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus.
  • Norman dan David Geisler dalam bukunya yang berjudul: CONVERSATIONAL EVANGELISM, memberikakan empat percakapan utama yang harus kita bangun bersama mereka yang belum percaya & bertobat: Percakapan yang mendengarkan, Percakapan yang memperjelas, Percakapan yang menyingkapkan, dan Percakapan yang membangun.
  • Tiap-tiap percakapan ini berhubungan dengan dengan empat peran yang perlu kita mainkan: Pemusik, Pelukis, Arkeolog, dan Ahli Bangunan.

2 . Dengarkan Mereka (Menjadi Seorang Pemusik)
Pemberita Injil yang ingin berhasil dituntut memainkan peranan sebagai seorang pemusik. Sebagai seorang pemusik, kita harus mau mendengarkan secara lebih hati-hati serta menemukan nada-nada sumbang yang dinyanyikan orang kepada kita.

Percakapan yang baik dimulai dari mendengarkan dengan baik. Sebelum Anda menjelaskan Injil kepada mereka, ada baiknya (sangat disarankan) Anda terlebih dulu menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Tingkatkan ketrampilan mendengar Anda dengan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk memunculkan sendiri apa yang ada di hati dan pikiran mereka, daripada kita yang mengungkap dan menyatakannya.

Untuk itu, Anda harus menemukan pertanyaan yang akan mengarahkan mereka melihat hal-hal yang tidak selaras dengan keyakinan mereka, dengan tujuan menantang mereka memikirkan ulang dengan saksama apa yang selama ini mereka percayai. Ketika mereka memikirkan ulang, mereka akan lebih terbuka untuk mendengarkan apa yang hendak kita sampaikan tentang Kristus.
  • Mendengarkan adalah langkah penting dalam pra-penginjilan
  • Mendengarkan akan membantu kita terhubung baik dengan orang lain
  • Mendengarkan akan membuat orang merasa nyaman bercakap-cakap dengan Anda. Jika seseorang merasa Anda tulus memahami mereka, mereka akan lebih terbuka untuk berbicara dengan jujur.
  • Ketika kita mengembangkan kebiasaan mendengarkan yg baik dalam percakapan dengan teman-teman yang belum percaya, kita bisa menemukan hal-hal yang tidak konsisten dalam kepercayaan mereka sehingga kita dapat melontarkan pertanyaan yang tepat yang akan menuntun ke dalam percakapan lebih lanjut.
  • Mendengarkan dengan cermat akan menolong menyingkapkan apa yang sebenarnya menghambat orang datang kepada Kristus.
  • Ketika kita mendengarkan orang lain, kita hendak mendengarkan nada-nada sumbang yang mereka nyanyikan kepada kita. Contoh-contoh nada sumbang yang akan sering kita dengar:
· “Sudah pasti tidak ada hal yang benar-benar pasti,”
· “Realitas seperti yang kita ketahui tidaklah nyata. Hidup ini semata-mata adalah kontruksi/susunan/model social.”
· “Semua agama mengajarkan hal yang sama.”
· “Tidak seorang pun yang sempurna.”
· “Semua gereja sama saja” atau “Yang penting percaya Yesus saja”

Di sini, orang Kristen dituntut menjadi pemusik yang handal guna memperbaiki nada-nada yang sumbang yang diperdengarkan orang.

3. Ajukan Pertanyaan Klarifikasi (Menjadi Seorang Pelukis)
Peran kedua yang harus kita mainkan untuk membangun percakapan penginjilan yang terarah dan efektif adalah dengan menjadi Pelukis.
Tugas seorang pelukis adalah melukiskan suatu gambar dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menolong orang lain melihat lebih jelas apa yang mereka katakan sendiri mengenai kepercayaan mereka.
  • Ajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi arti dari istilah-istilah yang tidak jelas
  • Ajukan pertanyaan yang memunculkan ketidakpastian atau memperlihatkan kepercayaan orang yang salah.
  • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi menghasilkan “3 R”
· Ragu (membuat orang ragu dengan cara pandangnya), Rela (membuat orang tidak merasa diserang tetapi rela mendengar), dan Rindu
(membuat mereka penasaran dan rindu untuk mengetahui lebih banyak lagi). Contoh-contoh pertanyaan klarifikasi:
  • “Apa yang Anda maksud dengan…? Kerap kali orang tidak memiliki pemahaman yang sama dengan istilah-istilah kunci, dan pertanyan ini membantu untuk menjelaskan arti dari istilah itu.
  • Misalnya, jika seorang berkata, “Saya orang yang cukup baik, jadi saya akan masuk surga,” maka kita harus bertanya, “Apa yang Anda maksud dengan ‘baik’?” jika seseorang mengatakan, “Yesus adalah juruselamatku,“ kita harus bertanya, “Apa yang Anda maksud dengan ‘Juruselamat’?”
  • Jika seseorang berkata,“Saya percaya bahwa Yesus adalah Allah,” kita sebaiknya bertanya, “Apa yang Anda maksud dengan ‘Yesus adalah Allah’?” (di dunia Timur, sebagian orang percaya pada banyak ilah, termasuk Yesus, mereka berusaha untuk tidak dimurkai ilah mana pun).

4. Galilah Hambatan-Hambatan yang Tersembunyi (Menjadi Seorang Arkeolog).
Seperti seorang Arkeolog, tugas kita adalah secara hati-hati menggali sejarah perjalanan rohani orang untuk mengetahui apa yang sebenarnya menghambat mereka untuk percaya dan bagaimana mereka bisa sampai pada keyakinan yang mereka hidupi saat ini.
  • Pertama, pastikan apakah masalah yang orang angkat adalah masalah yang sungguh digumulkan atau hanya untuk mengalihkan perhatian.
  • Kedua, tentukan sifat dari hambatan mereka, apakah itu intelektual, emosional, atau kombinasi dari keduanya.
  • Ketiga, singkapkan hambatan yang tersembunyi dengan memeriksa apakah ada masalah lain dibalik pertanyaan atau pernyataan yang diungkapkan oleh seseorang.
  • Keempat, temukan penghalang terbesar atau masalah apa yang paling menghalangi mereka untuk menerima Injil.
  • Kelima, singkapkan factor yang berkaitan dengan kemauan mereka. Jika kita sudah menangani semua penghalang yang dijelaskan dari poin pertama sampai kelima, tetapi masih ada sesuatu yang menghalangi orang untuk bertobat, maka kemungkinan besar masalahnya adalah kemauan (Yoh. 12:37; Luk. 16: 31; Luk. 13:34). 5. Bangunlah Sebuah Jembatan Menuju Injil (Ahli Bangunan).
  • Jembatan berfungsi sebagai sarana penghubung yang dapat mengantarkan orang melewati jurang pemisah. Pemberita Injil yang baik tidak memperlebar jurang kesalapahaman atau kesesatan melainkan membangun jalan penghubung yang membawa seseorang kepada tempat yang semestinya.
  • Menemukan keseimbangan yang tepat dalam pendekatan yang objektif dan pengalaman yang subjektif (Kis. 14:1; Flp. 1:14). Iman kita dapat dikatan sahih sebagai kebenaran hanya jika iman tersebut memiliki poin rujukan yang objektif.
  • Mencari pijakan yang sama atau suatu titik temu dengan orang-orang yang hendak kita jangkau (1 Kor. 9:22).
  • Membangun suatu jembatan dari kesamaan-kesamaan cara pandang, walaupun orang yang belum percaya mungkin tidak menyadari adanya kesamaan-kesamaan itu.
  • Menghafalkan sebuah kerangka dasar untuk mempertahankan iman Kristen. Di Zaman Postmodern ini, orang Kristen dituntut untuk memperlengkapi dirinya dengan menghafal keseluruhan garis besar Apologetika Kristen
  • Mengingat selalu tujuan utama kita, yaitu memberitakan Injil (2 Tim. 4:2). Jangan terpaku pada upaya pra-penginjilan saja dan melupakan tujuan kita yang sesungguhnya, yaitu membawa orang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
  • Memberitakan Injil. Kita harus secara aktif mencari kesempatan untuk bergerak dari pra-penginjilan kepada pemberitaan Injil itu sendiri dengan mengajukan pertanyaan peralihan seperti: “Apakah ada orang yang pernah menjelaskan kepada Anda perbedaan kepercayaan Kristen dengan semua agama lainnya?
oleh Gbl. Alki F. Tombuku, BBS (GBIA Komunitas Depok)