Friday, July 30, 2010

Kristus Orientasi Hidupku

Oleh: Ev. Sonny Tjandra

Manakala Alkitab boleh kita cermati sedemikian rupa, maka akan nampak jelas bahwa Kristus adalah pusat pemberitaan Alkitab. Dengan demikian, dapat dimengerti jika Kristus adalah juga pusat dari sejarah dan sejarah yang berjalan. Realita tersebut mengakibatkan konsekuensi logis, bahwa Kristus adalah pusat dari hidup dan kehidupan manusia, ini sah dan mutlak.

Betapa bodohnya jika manusia menjadikan dirinya sendiri atau tokoh tertentu menjadi pusat dari kehidupannya. Kalau realita ini yang terjadi, maka manusia sedang memutlakan yang relatif dan merelatifkan yang mutlak. Semua ini akan membawa pada kerusakan diberbagai aspek kehidupan.

Maka, sesungguhnya satu-satunya yang patut menjadi orientasi hidup dan kehidupan manusia adalah Kristus sendiri. Manusia harus kembali dan mengembalikan segala sesuatunya kepada Kristus dan biarlah segala kemuliaan hanya bagi Kristus saja.

Huldrych Ulrich Zwingli (1484-1531) seorang pengkotbah, teolog, politikus dan patriot, Ia adalah seorang reformator yang mati syahid (1531) menyatakan satu statement : Kehidupan Kristen adalah perjuangan dengan segala kekuatan untuk meletakkan segala sesuatu, baik itu gereja maupun negara bahkan seluruh kehidupan masyarakat dibawa kaki Kristus! Ini merupakan statement yang Alkitabiah dan ini harus dipahami oleh setiap orang reformed dimanapun dia berada. Statement ini menunjukan, bahwa orientasi hidup seorang Zwingli adalah Kristus!

Paulus mengatakan : ‘Aku telah disalibkan bersama Kristus. Aku hidup, tetapi bukan lagi aku, melainkan Kristus hidup di dalam aku. Dan apa yang sekarang aku hidup di dalam daging, aku hidup oleh iman pada anak Allah yang telah mengasihi aku dan yang telah menyerahkan diriNya demi aku’ (Gal.2/20).

Dalam surat Filipi 1/21 Paulus menyatakan: ‘ Sebab bagiku, hidup itu Kristus, dan mati, keuntungan ‘ Pernyataan tersebut bukan diucapkan oleh seorang pemula, namun diucapkan oleh seorang Rasul yang dipanggil dan ditetapkan oleh Allah sendiri. Inilah pernyataan yang menjadikan Kristus adalah segala-galanya. Kristus adalah Oreintasi hidup Paulus.

Memang pada masa lalu dengan status selaku orang yang diluar Kristus, status yang mengarahkan langkahnya menuju kebinasaan, maka Kristus adalah pusat kebencian Paulus. Namun manakala anugerah Allah merubah hidupnya menjadi baru, maka didalam status manusia baru (manusia didalam Kristus) Paulus menyatakan pengakuan demikian. Seumur hidup Paulus tetap memandang Kristus sebagai satu-satunya orientasi hidup dan kehidupannya.

Disini kita melihat, Paulus bukan saja mengabdikan dirinya, namun juga dia mendedikasikan dirinya secara total pada Kristus. Dengan perkataan lain Paulus menyatakan ; bahwa mati dan hidup dia adalah bagi Kristus saja. Sesungguhnya apa yang dikedepankan oleh Paulus ini, harus menjadi kepedulian setiap orang kristen. Betapa bodoh dan salahnya, jika seorang kristen menjadikan selain Kristus sebagai pusat atau orientasi hidupnya. Camkanlah ini.

Saudaraku, di zaman yang sulit ini masihkah ada diantara umat Kristiani yang secara serius dan konsekwen memberikan dirinya pada pengabdian dan dedikasi hanya pada Kristus! Jikalau ada, seberapa banyak diantara umat yang menghidupi pahaman tersebut secara baik dan bertanggungjawab? Sewaktu kita menengok realita kehidupan orang kristen sekarang, berapa banyak yang mengarahkan orientasi hidup dan kehidupannya bukan pada Kristus, tetapi pada materi, pada hobby hidupnya, pada kenikmatan sesaat, pada karier pekerjaan, pada penyebaran isu dan gosip murahan, pada kedudukan/pangkat, pada ilmu dan sukses di alam sementara ini dll.

Memang secara kasat mata seolah orientasi kehidupannya pada Kristus, namun sebenarnya semua itu hanya tipuan, semua itu tertutup dengan polah tingkah rohani yang tidak rohani. Ingat, mata manusia bisa ditipu mentah-mentah, namun mata Allah cukup tajam untuk memperhatikan kemunafikan tersebut. Bertobatlah!

John Calvin selaku reformator generasi kedua adalah seorang yang begitu tekun didalam mempelajari Alkitab. BagiJohn Calvin : Kebenaran Allah adalah diatas segala-galanya. Untuk penyikapan tersebut, Calvin adalah seorang yang konsisten dan tanpa kompromi. Maka dapat dimengerti jika John Calvin disebut sebagai sang pelayan firman.

Sepanjang hidupnya yang hanya berkisar sekitar 55 tahun, telah dibaktikan dan didedikasikan sedemikian rupa pada Kristus Tuhannya. Benar, didalam hidup seorang John Calvin sebagaimana diri Paulus adalah pribadi yang orientasi kehidupannya hanya pada Kristus saja. Kiranya dengan pertolongan Allah, kita dimampukan untuk memahami secara benar kebenaran tersebut dan menghidupinya. Praise God !

Dinamika Kehidupan Gereja

Oleh: Ev. Sonny Tjandra

Gereja adalah satu institusi yang didirikan oleh Tuhan sendiri. Berbicara soal Gereja adalah bukan berbicara soal gedung, karena gedung bukan Gereja dan Gereja bukanlah gedung. Gereja adalah menghunjuk pada pribadi-pribadi yang telah menikmati penebusan dari karya Salib Anak Domba Allah. Maka pemilik sah dari gereja adalah Tuhan sendiri.

Heran sekali dan merupakan kesalahan fatal, namun terus-menerus di ulang-ulang. Bahwasanya banyak Majelis Gereja mengatakan : Gereja kita atau Gereja saya atau Kita punya Gereja. Banyak Pendeta dengan enteng mengatakan : Kalau Gereja saya atau Di Gereja saya atau Di dalam Gereja saya. Ada juga pengurus komisi yang secara antusias mengatakan : Wah kalau Gerejaku atau Di Gerejaku atau Gereja kami.

Perhatikan dengan seksama, bahwa semua cetusan diatas adalah tidak sah dan sangat salah serta memutar balikan fakta yang benar. Hanya Kristus Tuhan yang berhak menyatakan : Ini Gerejaku atau EklesiaKu ! Karena Dia adalah pemilik Gereja atau umat yang ditebusNya.

Gereja adalah milik Tuhan, maka selaku tubuh Kristus, Gereja harus mengedepankan dinamika hidupnya. Selama Gereja masih menggembara di dunia yang fana ini, maka Gereja memang belum berada dalam kehidupan yang sempurna. Dengan demikian Gereja harus terus berkaca diri, menatalayani diri, sehingga kehadiran Gereja di tengah sejarah yang berjalan ini boleh menjadi kesaksian dan berkat bagi masyarakat luas. Tuhan meletakkan GerejaNya di tengah dunia, agar melaluinya Gereja menjadi terang dan garam dunia. Tetapi disatu sisi keberadaan Gereja di tengah dunia bukan tanpa resiko.

Dalam perjalanannya, sejarah Gereja telah menyatakan kesaksian yang tak terbantahkan, bahwa Gereja menghadapi tantangan dan kendala yang berat, Gereja menghadapi tipu daya si Setan. Karenanya Gereja harus senantiasa berpaut dengan Tuhan, bagaikan carang dengan pokok. Realita ini dikedepankan melalui kehidupan Gereja yang berdoa.

Dimanakah Gereja yang berdoa hari ini ? Doa adalah satu elemen yang sangat penting untuk diabaikan ! Itu sebabnya Gereja harus memaju dalam kehidupan doa dan terus berdoa kepada Tuhan. Satu pernyataan yang ditujukan untuk Martin Luther adalah : Letak kekuatan Luther adalah didalam kesetiaan doanya. Melalui kehidupan doa yang baik, Gereja semakin sadar, bahwa selaku umat Kristiani harus terus menerus bersandar pada Tuhan sebagai sumber kekuatan didalam melakoni kehidupan kemusafirannya. Gereja yang berdoa adalah Gereja yang sehat dan kuat.

Dinamika kehidupan Gereja bukan hanya berorientasi pada doa saja. Doa sangat penting, tetapi Gereja juga harus mewartakan Injil yang adalah Kabar Baik satu-satunya bagi manusia berdosa. Jikalau menemukan seseorang yang mengatakan dirinya bukan orang berdosa, hanya ada kekurangan dan kesalahan. Sesungguhnya apa yang diutarakan adalah memberitahukan, bahwa dirinya orang berdosa dan dosa ini membawa pada kebinasaan kekal.

Namun dosa yang menguasai dan mewarnainya sedemikian rupa, telah menjadikan dirinya tidak menyadari akan keberdosaannya, orang semacam ini baru sadar, setelahnya berada di tempat kebinasaan, itulah neraka. Disinilah Gereja harus menjadi Gereja yang Missioner atau Gereja yang mewartakan Injil. Sesungguhnya hanya Injil Kristus yang mampu merubah seseorang menjadi baru dan baik.

Semua yang disebut baru dan baik, jika bukan karena Injil, maka itu merupakan kebaharuan dan kebaikan yang semu atau sebatas kulit saja dengan perkataan lain, itulah perubahan palsu. Manusia tidak dapat merubah dirinya menjadi manusia baru dan baik dihadapan Tuhan, kecuali Tuhan melalui Injil. Manakala memperhatikan dinamika Gereja mula-mula, jelas sekali Gereja mula-mula adalah Gereja yang menaruh perhatian pada kehidupan doa dan Gereja yang setia didalam mewartakan Injil, sekalipun harus berurusan dengan kesulitan, penderitaan dan mempertaruhkan nyawa.

Bagaimanakah dengan Gereja hari ini? Kiranya Tuhan menolong Gerejanya, dan Gereja bersetia didalam kehidupan doa dan mewartakan berita Injil. Praise God.

Wednesday, July 28, 2010

Jangan Hanya Pendengar, Namun Mendengar Harus!!!

Oleh: Ev.Sonny Tjandra

Dalam kehidupan manusia, nampak sekali betapa pentingnya untuk mendengar dengan baik. Memang dunia memperdengarkan banyak suara, namun seorang Kristen harus mampu mencermati dengan baik diantara begitu banyak yang bisa di dengar. Realita menyatakan, bukankah banyak orang menjadi kecewa dan tertipu besar, karena yang di dengar dan ditindaklanjuti, ternyata tidak sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan. Maka haruslah setiap orang berhati-hati dengan apa yang di dengar.

Diantara yang bisa didengar, maka manusia harus membuka telinganya alias mendengar dengan serius, yaitu suara kebenaran/Firman. Kebenaran/Firman merupakan satu-satunya yang paling penting untuk di dengar oleh manusia. Namun sayang sekali banyak orang mengabaikan fakta tersebut dan celakanya banyak pula orang kristen yang acuh tak acuh terhadap Kebenaran/Firman. Tentu keadaan ini mengundang keprihatinan yang besar.

Disatu sisi, terlihat ada begitu banyak orang kristen yang ikut ceramah tentang Alkitab, ikut acara pendalaman Alkitab, ikut mendengar kotbah tentang Alkitab dan seterusnya. Tetapi setelah mendengar, ternyata tidak diaplikasikan dalam keseharian. Apa yang dipelajari hanya sampai sebatas pengetahuan rasio saja. Prilaku semacam demikian akan mengedepankan seorang kristen yang pandai bicara, tapi tidak dilaksanakan apa yang dibicarakan. Inilah parisi-parisi modern. Sikap demikian harus bertobat dan berubah dengan serius.

Seorang Majelis harus mendengar untuk belajar Kebenaran/Firman, tapi jika tidak melakukan yang dipelajari, lepaskan saja jabatan Majelis tersebut. Seorang Pendeta harus mendengar suara Tuhan melalui belajar Kebenaran/Firman, tapi jika yang dipelajari tidak menjadi realita dalam kesehariannya, segera lepaskan jabatan kependetaan tersebut. Tidak perduli apakah sewaktu dipendetakan dulu pestanya meriah, yang datang beribu orang.

Lepaskan, sebab kalau seorang Pendeta hanya mendengar dan tidak menjadi pelaku Kebenaran/Firman itu adalah Pendeta gadungan. Seorang Pengurus komisi harus belajar mendengar dengan baik akan Kebenaran/Firman, tapi jika yang dipelajari tidak mendarat dalam hidupnya, segera lepaskan jabatan Pengurus tersebut, karena prilaku ini akan menjadi batu sandungan bagi banyak orang.

Maka mendengar untuk belajar Kebenaran/Firman adalah harus, tetapi setelah mendengar harus pula Kebenaran/Firman yang dipelajari diaplikasikan dalam kehidupan.

Surat Yakobus pertama menyatakan : Jadilah pelaku Firman, dan bukan hanya pendengar yang menipu diri sendiri ! Statement dari surat Yakobus ini mesti mendapatkan perhatian secara serius dari setiap orang kristen. Siapakah yang disebut penipu, itulah seorang kristen yang hanya mendengar, kemudian mengerti, tetapi berhenti disitu dan tidak menjadi pelaku dari Kebenaran/Firman yang dipelajarinya melalui mendengar.

Dengan demikian, sesungguhnya setiap orang kristen mempunyai tanggung jawab untuk mengemukakan hidup kristen yang seimbang antara mendengar dan melakukan. Seorang kristen dalam seluruh hidupnya dituntut untuk menjadi seorang yang mendengar untuk belajar dan melakukan apa yang dipelajari melalui mendengar. Tetapi, memang mendengar harus, sebab bagaimana bisa mendapatkan pelajaran yang diperdengarkan, jika tidak mendengar dengan baik. Disini memberitahukan, bahwa mendengar dan mendengar itu beda. Jadilah seorang kristen yang mendengar dan pelaku Kebenaran/Firman.