Monday, August 22, 2011

Langkah Langkah Penginjilan

I Korintus 9: 19-23
Anda tentu bertanya, bagaimana memulai suatu upaya untuk memberitakan Injil secara pribadi kepada seseorang? Langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk memulai percakapan Injil yang efektif? Artikel ini menyediakan langkah yang terbukti ampuh dapat membawa orang kepada Kristus.

Langkah ini bertujuan untuk mencari peluang bagi penyampaian berita Injil. Langkah ini disebut Pra-Penginjilan. Tidak dapat dipungkiri bahwa berhasilnya tugas penginjilan itu dikarenakan ada usaha membangun percakapan penghubung atau pra-penginjilan, demikian juga sebaliknya, penginjilan bisa gagal karena kita tidak berhasil membangun usaha percakapan pra-penginjilan.

Tujuan dari Pra-penginjilan adalah untuk membebaskan lahan pikiran dan hati seseorang dengan memunculkan ketidakpastian dalam kepercayaan dan menumbuhkan hasrat untuk mendengarkan lebih banyak tentang Yesus Kristus. Dan penting untuk kita ingat adalah: metode atau strategi sama sekali tidak menghalangi Kuasa Roh Kudus bekerja baik dalam diri kita maupun dalam kebenaran Injil yang kita sampaikan.

Dalam usaha membangun percakapan pra-penginjilan menuju kepada salib, ada beberapa hal penting yang perlu dicermati dan dipahami dengan baik, antara lain:

1 . Kehadiran di tengah masyarakat
Orang Kristen yang mengasihi TUHAN dan berhasrat untuk menginjil harus mengawali pelayanannya dengan memperhatikan tanggung jawabnya untuk hadir di tengah masyarakat. Orang Kristen harus dengan sengaja hadir sebagai garam dan terang, dengan kehidupan moral, serta sosial yang baik sehingga ia dapat diterima. Hal-hal yang harus kita buat ketika kita melakukan kontak sosial ialah:
  • Hiduplah sebagai orang Kristen yang “saleh”, sehingga ia diterima baik oleh orang disekitarnya. Hal ini harus dilakukan dengan penuh kesadaran dimanapun kita berada.
  • Setiap orang Kristen yang telah mengupayakan langkah di atas, harus memastikan bahwa ia telah “membangun hubungan baik” dengan setiap orang (social approach), sehingga ia diterima (social acception) dan diakui (social acknowledgement) sebagai warga masyarakat.
  • Setelah orang Kristen memastikan bahwa ia telah diterima dan diakui, maka ia harus senantiasa mencari jalan yang mengarah kepada upaya memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus.
  • Norman dan David Geisler dalam bukunya yang berjudul: CONVERSATIONAL EVANGELISM, memberikakan empat percakapan utama yang harus kita bangun bersama mereka yang belum percaya & bertobat: Percakapan yang mendengarkan, Percakapan yang memperjelas, Percakapan yang menyingkapkan, dan Percakapan yang membangun.
  • Tiap-tiap percakapan ini berhubungan dengan dengan empat peran yang perlu kita mainkan: Pemusik, Pelukis, Arkeolog, dan Ahli Bangunan.

2 . Dengarkan Mereka (Menjadi Seorang Pemusik)
Pemberita Injil yang ingin berhasil dituntut memainkan peranan sebagai seorang pemusik. Sebagai seorang pemusik, kita harus mau mendengarkan secara lebih hati-hati serta menemukan nada-nada sumbang yang dinyanyikan orang kepada kita.

Percakapan yang baik dimulai dari mendengarkan dengan baik. Sebelum Anda menjelaskan Injil kepada mereka, ada baiknya (sangat disarankan) Anda terlebih dulu menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Tingkatkan ketrampilan mendengar Anda dengan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk memunculkan sendiri apa yang ada di hati dan pikiran mereka, daripada kita yang mengungkap dan menyatakannya.

Untuk itu, Anda harus menemukan pertanyaan yang akan mengarahkan mereka melihat hal-hal yang tidak selaras dengan keyakinan mereka, dengan tujuan menantang mereka memikirkan ulang dengan saksama apa yang selama ini mereka percayai. Ketika mereka memikirkan ulang, mereka akan lebih terbuka untuk mendengarkan apa yang hendak kita sampaikan tentang Kristus.
  • Mendengarkan adalah langkah penting dalam pra-penginjilan
  • Mendengarkan akan membantu kita terhubung baik dengan orang lain
  • Mendengarkan akan membuat orang merasa nyaman bercakap-cakap dengan Anda. Jika seseorang merasa Anda tulus memahami mereka, mereka akan lebih terbuka untuk berbicara dengan jujur.
  • Ketika kita mengembangkan kebiasaan mendengarkan yg baik dalam percakapan dengan teman-teman yang belum percaya, kita bisa menemukan hal-hal yang tidak konsisten dalam kepercayaan mereka sehingga kita dapat melontarkan pertanyaan yang tepat yang akan menuntun ke dalam percakapan lebih lanjut.
  • Mendengarkan dengan cermat akan menolong menyingkapkan apa yang sebenarnya menghambat orang datang kepada Kristus.
  • Ketika kita mendengarkan orang lain, kita hendak mendengarkan nada-nada sumbang yang mereka nyanyikan kepada kita. Contoh-contoh nada sumbang yang akan sering kita dengar:
· “Sudah pasti tidak ada hal yang benar-benar pasti,”
· “Realitas seperti yang kita ketahui tidaklah nyata. Hidup ini semata-mata adalah kontruksi/susunan/model social.”
· “Semua agama mengajarkan hal yang sama.”
· “Tidak seorang pun yang sempurna.”
· “Semua gereja sama saja” atau “Yang penting percaya Yesus saja”

Di sini, orang Kristen dituntut menjadi pemusik yang handal guna memperbaiki nada-nada yang sumbang yang diperdengarkan orang.

3. Ajukan Pertanyaan Klarifikasi (Menjadi Seorang Pelukis)
Peran kedua yang harus kita mainkan untuk membangun percakapan penginjilan yang terarah dan efektif adalah dengan menjadi Pelukis.
Tugas seorang pelukis adalah melukiskan suatu gambar dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menolong orang lain melihat lebih jelas apa yang mereka katakan sendiri mengenai kepercayaan mereka.
  • Ajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi arti dari istilah-istilah yang tidak jelas
  • Ajukan pertanyaan yang memunculkan ketidakpastian atau memperlihatkan kepercayaan orang yang salah.
  • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi menghasilkan “3 R”
· Ragu (membuat orang ragu dengan cara pandangnya), Rela (membuat orang tidak merasa diserang tetapi rela mendengar), dan Rindu
(membuat mereka penasaran dan rindu untuk mengetahui lebih banyak lagi). Contoh-contoh pertanyaan klarifikasi:
  • “Apa yang Anda maksud dengan…? Kerap kali orang tidak memiliki pemahaman yang sama dengan istilah-istilah kunci, dan pertanyan ini membantu untuk menjelaskan arti dari istilah itu.
  • Misalnya, jika seorang berkata, “Saya orang yang cukup baik, jadi saya akan masuk surga,” maka kita harus bertanya, “Apa yang Anda maksud dengan ‘baik’?” jika seseorang mengatakan, “Yesus adalah juruselamatku,“ kita harus bertanya, “Apa yang Anda maksud dengan ‘Juruselamat’?”
  • Jika seseorang berkata,“Saya percaya bahwa Yesus adalah Allah,” kita sebaiknya bertanya, “Apa yang Anda maksud dengan ‘Yesus adalah Allah’?” (di dunia Timur, sebagian orang percaya pada banyak ilah, termasuk Yesus, mereka berusaha untuk tidak dimurkai ilah mana pun).

4. Galilah Hambatan-Hambatan yang Tersembunyi (Menjadi Seorang Arkeolog).
Seperti seorang Arkeolog, tugas kita adalah secara hati-hati menggali sejarah perjalanan rohani orang untuk mengetahui apa yang sebenarnya menghambat mereka untuk percaya dan bagaimana mereka bisa sampai pada keyakinan yang mereka hidupi saat ini.
  • Pertama, pastikan apakah masalah yang orang angkat adalah masalah yang sungguh digumulkan atau hanya untuk mengalihkan perhatian.
  • Kedua, tentukan sifat dari hambatan mereka, apakah itu intelektual, emosional, atau kombinasi dari keduanya.
  • Ketiga, singkapkan hambatan yang tersembunyi dengan memeriksa apakah ada masalah lain dibalik pertanyaan atau pernyataan yang diungkapkan oleh seseorang.
  • Keempat, temukan penghalang terbesar atau masalah apa yang paling menghalangi mereka untuk menerima Injil.
  • Kelima, singkapkan factor yang berkaitan dengan kemauan mereka. Jika kita sudah menangani semua penghalang yang dijelaskan dari poin pertama sampai kelima, tetapi masih ada sesuatu yang menghalangi orang untuk bertobat, maka kemungkinan besar masalahnya adalah kemauan (Yoh. 12:37; Luk. 16: 31; Luk. 13:34). 5. Bangunlah Sebuah Jembatan Menuju Injil (Ahli Bangunan).
  • Jembatan berfungsi sebagai sarana penghubung yang dapat mengantarkan orang melewati jurang pemisah. Pemberita Injil yang baik tidak memperlebar jurang kesalapahaman atau kesesatan melainkan membangun jalan penghubung yang membawa seseorang kepada tempat yang semestinya.
  • Menemukan keseimbangan yang tepat dalam pendekatan yang objektif dan pengalaman yang subjektif (Kis. 14:1; Flp. 1:14). Iman kita dapat dikatan sahih sebagai kebenaran hanya jika iman tersebut memiliki poin rujukan yang objektif.
  • Mencari pijakan yang sama atau suatu titik temu dengan orang-orang yang hendak kita jangkau (1 Kor. 9:22).
  • Membangun suatu jembatan dari kesamaan-kesamaan cara pandang, walaupun orang yang belum percaya mungkin tidak menyadari adanya kesamaan-kesamaan itu.
  • Menghafalkan sebuah kerangka dasar untuk mempertahankan iman Kristen. Di Zaman Postmodern ini, orang Kristen dituntut untuk memperlengkapi dirinya dengan menghafal keseluruhan garis besar Apologetika Kristen
  • Mengingat selalu tujuan utama kita, yaitu memberitakan Injil (2 Tim. 4:2). Jangan terpaku pada upaya pra-penginjilan saja dan melupakan tujuan kita yang sesungguhnya, yaitu membawa orang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
  • Memberitakan Injil. Kita harus secara aktif mencari kesempatan untuk bergerak dari pra-penginjilan kepada pemberitaan Injil itu sendiri dengan mengajukan pertanyaan peralihan seperti: “Apakah ada orang yang pernah menjelaskan kepada Anda perbedaan kepercayaan Kristen dengan semua agama lainnya?
oleh Gbl. Alki F. Tombuku, BBS (GBIA Komunitas Depok)