Tuesday, May 3, 2011

Refleksi Gerakan Oikumene

Oleh: Ev. Nico Ong

Pada jaman yang sudah semakin membingungkan, yang seharusnya manusia lebih harus peka dan menyadari perubahan tersebut. Tetapi realitanya manusialah yang membuat kebingungan ini semakin membingungkan. Apalagi dengan adanya hati dan hasrat ingin mengemas, memadukan semua konsep, ajaran dan berbagai suasana dalam satu wadah.

Tanpa disadari ini sudah termasuk gejala menodai identitas diri dan orang lain. Karena setiap identitas itu menentukan jati diri seseorang, ini penting dan sangat bernilai adanya. Kalau ditelusuri, dipelajari dan dianalisa dengan kecermatan, kesadaran dan pikiran yang tajam dan bertanggungjawab; maka kita harus sadar bahwa dalam DUNIA INI TIDAK ADA YANG SAMA! Apalagi sejak dunia diciptakan MANUSIA Sudah MEMILIKI IDENTITAS Yang BERBEDA.

Secara logika: Saat kita melakukan aktifitas hidup kita di dunia ini sehari-hari, identitas itu secara tidak langsung sering dipertanyakan dan ini menentukan jati diri kita. Misalnya ke dokter, jenis kelamin itu perlu dan penting, meskipun yg ke dokter itu adalah sama-sama manusia (dan yang jelas bukan ke dokter hewan). Maka sekali lagi identitas itu yang ditanyakan dan mohon diperjelas! Bukannya dikaburkan!

Jangan sampai diri kita dikaburkan oleh orang-orang yang suka mempermainkan kata–kata yang tidak jelas identitasnya. Yang mungkin saja kalau dipertanyakan identitas dirinya, dirinya juga tidak jelas dan sadar akan identitas dirinya. Kasihan sekali! Padahal manusia diciptakan ada laki – laki dan ada perempuan. Bukankah hal ini suatu kejelasan yang membedakan, bukannya suatu pengkaburan.

Sama halnya dengan suatu gereja atau persekutuan yang akan dibentuk, banyak orang yang suka mengatakan bahwa gereja/ persekutuan mereka “kembali kepada Alkitab”…Hati-hati, ini kemasan racun rasa coklat! Kelihatannya manis tapi bisa membinasakan jiwa! Kelihatannya benar tapi itu sesat dan tidak bertanggungjawab.

Namanya gereja/ persekutuan orang Kristen, YA SUDAH PASTI KEMBALI KEPADA ALKITAB , apa yang terjadi kalau mereka berkumpul, beribadah tanpa kembali kepada Alkitab! Bukannya ini suatu KEANEHAN dan suatu KEBODOHAN ?

Mengapa kita harus teliti sesuatu sebelum kita menikmatinya dan berbagian dengan mereka yang tidak ada kejelasan dalam identitas diri mereka? Pertama, karena mereka dalam kebingungan, berdiri di perempatan jalan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Seperti Tom Hank yang berlari terus tanpa berhenti dan tidak ada arahnya (dalam filem Forest Gump). Karena mereka bisa dikatakan dan digolongkan sebagai golongan yang tidak mau belajar dengan lebih dalam dan teliti, tetapi sebaliknya berkeinginan besar sekali untuk membuat gereja/ persekutuan yang bisa dinikmati oleh semua lapisan aliran dan golongan.

Padahal mereka sudah lupa, kebahayaan ini sudah mereka miliki dan akan hadapi. Permasalahannya, “Apakah mereka dapat memberikan penjelasan yang akurat dengan eksistensi perbedaan identitas ini? Yang sebenarnya sudah real, nyata, sejak nenek moyang kita?? Kok begitu mudah! Ibaratnya diri kita ini dianggap anak kecil, yang bisa diberi permen atau mainan… kemudian disuruh kumpul dan mengakui kebersamaan identitas! Wah…gawat ini! Apalagi dengan adanya aturan yang sering terjadi yaitu para anggota, peserta atau jemaat tidak boleh bertanya mengenai perbedaan ini? Kesian dech mereka !

Kedua, mereka mengatakan berdasarkan Alkitab. Ini lagi suatu penyakit yang sudah eksis sejak dulu. Dalam sejarah Tuhan mewahyukan kepada para rasul dan nabi dan kemudian adanya catatan dari bapa-bapa gereja, para reformator dan lain-lain. Apakah yang sudah Tuhan kerjakan dalam sejarah dunia dan gereja ini dianggap tidak bermakna?

Dengan gaya yang arogan, mereka berteriak “Alkitabiah”. Apakah ini suatu konsep yang benar? Secara logikanya setiap orang dapat menyuarakan dan memutlakkan bahwa pendapatnya itu yang benar, karena alkitabiah ( berdasarkan alkitab); tetapi yang perlu dipertanyakan, itu kan anggapan/ pendapat dari diri seseorang/ golongan saja. Hal itu merupakan unsur subyektifitas pribadinya sendiri.

Cara inilah yang sering disodorkan dan ditawarkan oleh orang-orang yang berkeinginan untuk membentuk persekutuan / gereja yang Oikumene. Yang tanpa dirasakan mereka menawarkan kepada orang awam tentang asas kesatuan untuk semua aliran, tetapi tanpa disadari oleh kaum awam , mereka akan dibawa ke dalam aliran hasil cetusan orang-orang yang suka mengatakan Alkitabiah, tidak membedakan aliran dan golongan gereja; asal dengan catatan para kaum awam mau dibawa ke dalam isme “pokoknya sama dan satu, jangan dibeda-bedakan".

Mana mungkin hal ini bisa terjadi, bukankah hal ini suatu kesia-siaan aja dimana berlari-berlari terus… yang pada akhirnya tidak ada arah dan tujuan (kayak Tom Hank), tidak ada dasar yang memberikan pegangan kepada umatnya. Itulah kebingungan seseorang yang berdiri di perempatan jalan….

Pada waktu orang oikumene atau yang sering didengar bahwa persekutuan/ gereja interdenominasi; sebetulnya mereka sudah mencetuskan diri mereka sebagai satu aliran dari banyaknya aliran yang sudah ada. Jangan mudah tertipu dengan gaya ditambah kemasan iklan mereka, apalagi yang sering dibumbui dengan acara sharing, renungan dari Alkitab; dimana pemimpinnya masih perlu dipertanyakan “sudahkah membayar harga dengan sekolah teologia dan belajar lebih baik?”. Karena kalau sharing yang selalu disertakan ayat – ayat alkitab (istilah kerennya “Asal Comot”) maka ini sangat berbahaya. Inilah permainan dari golongan yang suka menyamakan segala konsep dan aliran dengan memakai tameng Alkitabiah (berdasarkan Alkitab ).

Untuk mengantisipasi gejala dan gangguan akibat serangan virus yang suka memakai kedok kekristenan dan tawaran surga yaitu semua kristen dan gereja sama… yang penting bersatu… itulah golongan oikumene ; maka sebagai orang kristen harus sadar untuk mau lebih belajar teologia dan realita sejarah gereja yang benar. Dari sana kita semakin terbuka untuk melihat realita perbedaan. Kalau memang gereja/ persekutuan di tengah dunia ini dapat disamakan dan disatukan, dunia sudah damai! Coba renungkan dan lihat realitanya!

Sekali lagi jangan terjebak dengan tawaran mereka, yang suka berimajinasi, berkhayal, mimpi indah; tapi SAYANGNYA itu hanya angan-angan semu belaka. Seperti diri kita lagi bermain di DisneyLand , bukankah hal itu sangat menyedihkan dan membuang segala usaha dan konsentrasi diri kita selama ini.

Apa gunanya bersatu secara fenomenanya saja yaitu bisa berkumpul bersama, tetapi banyak sekali pertanyaan dalam hati dan perbedaan konsep yang ingin ditanyakan, tetapi karena satu aturan dari golongan mereka (tidak boleh menyinggung, tidak boleh tanya). Dengan berat hati, mulut para jemaat (kaum awam) sekali lagi harus dibungkam dan secara tidak langsung harus menerima ketidak jelasan konsep Oikumene.

Ibaratnya : Apa gunanya suami istri tidur satu ranjang, namun mimpi dan keinginan mereka berbeda (tidak sama). Yang harus menjalankan waktu tidurnya dengan segala kepahitan, kehancuran dan tetesan air mata yang tidak ada maknanya. Sadarlah dan lebih waspada terhadap tawaran mereka.

No comments:

Post a Comment